Air sebagai senyawa vital dan mutlak bagi kehidupan ikan dan hewan akuatik lainnya. Dan tentunya air sangat berpengaruh besar terhadap kehidupan fisik, kimia dan biologi pada biota laut. Dilihat dari segi fisik, air sebagai media tempa tumbuh biota. Lalu dari segi kimia, air sebagai pembawa zat-zat hara yang diperlukan bagi pembentukan bahan-bahan organik oleh tumbuhan terutama fitoplankton. Sementara itu, jika dari segi biologi, air sebagai media terbaik dalam penyediaan makanan bagi organisme lain (Majalah Trobos Aqua, 2023)
Dalam memperbincangkan parameter kualitas air, dilihat dari berbagai aspek salah satunya aspek fisik yang diukur dari suhu, warna, kecerahan. Aspek kimia, dari nilai DO (oksigen terlarut), pH, NH3 (amonia), H2S (hidrogen sulfida), logam berat, nitrit, nitrat, alkalinitas dan lain-lain. Sementara dari segi biologi diukur dari jenis dan jumlah p lankton serta bakteri yang terkandung dalam air tambak.
Faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan warna air ialah jumlah populasi fitoplankton. Hal ini terjadi karena fitoplankton memiliki pigmen yang memberikan warna berbeda dengan fitoplankton lain. Sehingga jika satu jenis fitoplankton melimpah maka akan memberikan gambaran mengenai kondisi nutrien dan lingkungan pada tambak.
Jika dari parameter kecerahan, menunjukkan kedalaman masuknya cahaya matahari pada kolam tambak. Perlunya pengukuran kecerahan untuk mengetahui apakah kepadatan plankton pada tambak memiliki kuantitas yang tinggi atau tidak.
Selanjutnya untuk oksigen terlarut (dissolve oxygen/DO) berperan dalam metabolisme, pernafasan udang dan proses dekomposisi atau pembusuka bahan organik dari bakteri. Idealnya konsentrasi oksigen tertinggi pada siang hari dan menurun pada malam hari hingga titik terendah pada dini hari (waktu subuh). Hal tersebut disebabkan karena saat siang hari fitoplankton berfotosintesis menghasilkan oksigen terlarut, sedangkan pada malam hingga dini hari fitoplankton membutuhkan oksigen untuk respirasi sehingga terjadi kompetisi antara udang dengan fitoplankton.
Cermat Dalam Perubahan Lingkungan
Terjadinya perubahan lingkungan, terutama kualitas air akan menjadikan udang stres. Bagaimana tidak, air sebagai media tumbuh kembang udang, sehingga tak jarang upaya pengelolaan kualitas air menjadi primadona bagi petambak
Jika terjadi perubahan suhu maka udang akan mengalami gangguan metabolisme yang berujung pada ketidak berfungsinya organ-organ vital. Stress juga dapat diakibatkan oleh bahan pencemaran, seperti adanua bahan beracun dan logam berat. Tak hanya itu, suhu ekstrim juga dapat merusak keseimbangan hormonal dan fisiologis tubuh ikan, dengan kemungkinan yang terparah dapat menyebabkan kematian mendadak.
Sehingga dalam perkembangannya, probiotik kerap dimanfaatkan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dalam proses budidaya udang. Seperti pemanfaatan Bakteri Sulfur, Thiobacillus sp yang dimanfaatkan untuk mengoksidasi senyawa yang mengandung surfur dalam kondisi aerob.