Sistem akuakultur intensif berkaitan dengan bagaimana menghasilkan udang secara efisien, Dua aspek pembatas penting dalam sistem akuakultur intensif ialah kualitas air dan aspek ekonomi. Dalam praktiknya, sisa pakan yang terkumpul di dasar kolan mengakibatkan cepat terkumpilnya bahan organik dan senyawa nitrogen toksik. Sekalipun manajemen pemberian pakan telah diterapkan, tetap saja dari 100 unit pakan yang diberikan,sekitar 10% limbah padatan dan 30% limbah cair yang dihasilkan dalam proses budidaya udang.
Dampak Pencemaran Amoniak
Dalam ekosistem tambak, tidak semua pakan yang diberikan dapat terkonsumsi oleh udang. Sebagian sisa pakan akan tersuspensi di dalam air dan sebagain besar lainnya akan mengendap di dasar tambak. Penguraian bahan organik sisa pakan tersebut membutuhkan oksigen. Dengan demikian penambahan bahan organik secara langsung akan meningkatkan penggunaan oksigen di lingkungan tambak
Selanjutnya, penguraian bahan organik akan berjalan dalam kondisi anaerobik yang akan menghasilkan amonia (NH3) dan hidrogen sulfida (H2S). Kedua gas ini bersifat toksik dan mampu menghambat pertumbuhan udang samapi dengan mematikan. Kondisi tambak yang abnormal dengan sisa kandungan bahan organik yang tinggi menyebabkan dua hal, yaitu udang mengalami tekanan fisiologis diluar toleransinya serta menurunnya daya tahan udang terhadap penyakit.
Berbagai masalah yang telah duraikan mampu diperbaiki melali empat cara, yakni: manajemen biota, manahemen lingkungan, manajemen pakan serta manajemen kualitas air.
Bioremediasi sebagai Usaha Memperbaiki Kondisi Tambak Udang
Berbagai penelitian terkait bidang bioremediasi telah dilakukan dan berhasil mengembangkan suatu konsorsia mikroorganisme yang mampu menghilangkan zat pencemar secara efisien.
Bioremediasi didefinisikan sebagai sistem pengembalian kondisi lingkungan yang sudah tercemar untuk kembali pada kondisi awal. Teknik bioremediasi pada tambak udang secara prinsip menambahkan mikroorganisme tertentu untuk menormalkan kembali tambak udang yang telah rusak akibat tingginya senyawa metabolitoksik terutama amoniak dan nitrit.
Tak hanya itu, bioremediasi mampui menekan bahkan menghilangkan H2S yang bersifat toksik/beracun pada sedimen tambak. Serta menekan jumlah bakteri vibrio yang dapat menimbulkan penyakit pada udang windu (Rusmana dan Widianto 2006). Dalam usaha melakukan remediasi pada lingkungan tambak, perlu dilakukan analisa menyeluruh akan kandungan berbagai bahan organik dan anorganik yang terdapat pada lingkungan tambak.