Indonesia memiliki kekayaan sumber daya hayati yang sangat berlimpah. Salah satu kekayaan tersebut ada pada sumber daya perikanan yang cukup besar, terutama dalam keanekaragaman jenis ikan. Sejalan dengan itu, perikanan jelas memiliki peranan yang cukup penting, terutama bila dikaitkan dengan upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Salah satu budi daya pada komoditas perikanan berair tenang, berlendir, licin dan berkumis ialah budi daya lele. Dengan tingkat konsumsi ikan yang semakin meningkat, maka harus sebanding dengan jumlah pasokan yang terdistribusi di pasaran.
Peluang usaha ternak lele di indonesia memang terbilang sangat potensial, tidak hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan pasar konvensional seperti konsumen rumah tangga, restoran, atau rumah makan. Melainkan, setiap subsistem dalam budi daya memiliki pasar yang membutuhkan pasokan lele dari berbagai jenis ukuran, tergantung pada subsistem usaha budi daya yang sedang dilakukan. Keadaan ini membuktikan bahwa pembudidayaan lele tidak harus secara terpadu antara pembenihan, pendederan dan pembesaran, namun dapat terpecah menjadi subsistem terpisah.
Dalam melakukan segala usaha budi daya lele memiliki tujuan yang ingin tercapai yaitu bagaimana usaha yang sedang dilakukan dapat memberikan keuntungan dengan penggunaan sumber daya dan sistem yang ada. Salah satu sistem budi daya yang dapat memberikan hasil yang optimal ialah budi daya sistem bioflok. Sistem bioflok menjadi metode budi daya yang cukup modern. Pada teknologi ini sekarang sudah banyak dipakai oleh para pelaku budi daya, bahkan pemerintah pun turut serta menggencarkan budi daya menggunakan sistem ini.
Keistimewaan sistem bioflok
Sistem bioflok ini merupakan inovasi teknologi yang dilakukan melalui rekayasa lingkungan dengan mengandalkan suplai oksigen dan pemanfaatan mikroorganisme.
Sebagai sistem budi daya yang turut digaungkan oleh pemerintah, bioflok termasuk jenis budi daya dengan karakteristik yang menguntungkan:
1. Sistem bioflok merupakan metode budi daya yang cukup modern dan efektif, yang mana mampu mendongkrak produktivitas. Karena dengan memanfaatkan kolam yang sempit dapat memiliki tingkat kepadatan tebar benih yang tinggi. Dengan begitu, biaya produksi berkurang dan waktu yang diperlukan relatif lebih singkat.
2. Pada budi daya bioflok cenderung tidak berbau. Hal ini karena adanya mikroorganisme seperti bakteri Bacillus sp yang berfungsi sebagai pengolah limbah di media pemeliharaan budi daya serta dapat membantu proses pencernaan untuk menciptakan metabolisne ikan yang lebih optimal. Serta terbukti mampu meningkatkan produktivitas hasil panen hingga 2 kali lipat.
3. Pada komponen pemberian pakan pun lebih efektif. Dengan jumlah sebanyak 80%, pada sistem bioflok mampu menghasilkan daging ikan 1 gram sedangkan pada sistem konvensional hanya 0,8 gram. sehingga penggunaan pakan pada sistem ini lebih efisien.
4. Sistem Bioflok dan kolam bulat memiliki angka survive ratio atau kelulushidupan sangat tinggi, mencapai 100%