Budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) akhir-akhir ini semakin meningkat. Udang vaname dikenal sebagai White leg shrimp atau udang kaki putih. Petambak mulai mencoba membudidayakan udang ini karena memiliki harga jual yang cukup tinggi. Budidaya udang vaname dapat dilakukan di kolam atau lahan pekaranngan dengan air tawar yang kurang produktif. Udang vannamei yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap salinitas, yaitu dari 2 sampai 40 ppt, dan bahkan akan tumbuh cepat pada salinitas yang lebih rendah. Kondisi udang yang beradaptasi terhadap salinitas ini kemudian menjadikan beberapa pembudidaya mencoba melakukan budidaya udang vannamei di air tawar melalui proses aklimatisasi hingga salinitas 2 ppt. udang vaname memiliki tubuh yang dibalut kulit tipis keras dari bahan chitin berwarna putih kekuning-kuningan dengan kaki berwarna putih. Masuknya udang vaname ke Indonesia berawal dari sulitnya stok udang windu akibat penyakit dan kasus tingginya kandungan residu antibiotika didalamnya. Karena alasan itu pula petambak mulai beralih untuk membudidayakan udang vaname.
Ciri benur yang baik
Keberhasilan budidaya udang vaname dipengaruhi oleh kualitas air, pakan yang baik, serta benur yang berkualitas. Kontribusi sebesar 50 % adalah dari karakter genetik udang adalah cukup besar terhadap pembesaran udang vaname, oleh karena itu pemilhan yang baik merupakan faktor penentu kesuksesan pembesaran vaname. Jika peluang keberhasilan 50% hilang karena petambak mengabaikan faktor pemilihan benur yang berkualitas baik karakter genetiknya maka petambak sejak tebar benur sudah banyak masalahnya karena tidak menebar benur unggul sesuai harapan. Berikut merupakan tips memilih benur yang baik agar tambak berhasil :
- Memilih jenis benur yang baik
Benur F1 lebih efisien digunakan di tambak intensif meskipun hanganya lebih mahal, benih ini lebih cepat tumbuh. Benur yang baik bersifat fototaksis positif artinya udang suka terhadap cahaya. Kemudian harus berwarna cerah/tubuh jernih/putih kecoklatan dan tampak padat berisi.
- Bentuk tubuh
Berbentuk lurus saat berenang, karena yang tidak sehat akan bengkok. Tubuh benur harus bersih dari kotoran dan lumut.
- Memantau pergerakan
Pergerakannya lincah, aktif berenang melawan arus, dan peka terhadap rangsangan dari luar.
- Keseragaman benur
Memiliki ukuran seragam dan umur paling ideal antara PL 10-PL 12 (ekor sudah mengembang dengan baik saat ditebar dan dapat bergerak ke dasar tambak.
- Bebas penyakit
Benur disarankan melakukan pengujian PCR (polymerase chain reaction) jika menggunakan dalam jumlah banyak
- Mutu hatchery
Berasal dari unit pembenihan yang telah luls sertifikasi CPIB (Cara pembenihan ikan yang baik) atau UPT (unit pelaksanaan teknis).
Aklimatisasi sebelum ditebar
Benur harus menyesuaikan dirinya dengan air tambak sebelum ditebar, maka perlu dilakukan aklimatitasasi terhadap suhu pada air dalam kolam budidaya. Aklimatisasi dilakukan dengan cara mengapungkan kantong – kantong yang berisi benur ke dalam kolam. Kemudian, dilanjutkan dengan cara menyiram kantung tersebut dengan air di dalam kolam. Benih harus dilakukan proses aklimitisasi sebelum ditebar agar memiliki daya tahan yang baik. Proses ini dilakukan dengan memberikan air tambak pada kantung yang berisi udang, lalu diapungkan dalam tambak selama 15-20 menit, setelah itu udang dilepas perlahan-lahan didalam kolam. Proses ini sebaiknya dilakukan saat siang hari.
Setelah benih ditebar, perlu diperhatikan dan diamati. Pengontrolan penyakit mungkin dapat dilakukan 7 hari sekali atau sesuai kebutuhan. Selain itu perlu ada pemantauan secara terus menerus/kontimyu terutama adalah suhu, pH, kandungan oksigen dan kedalaman air kolam/tambak.