Budi daya udang windu sudah berlangsung sejak tahun 1990-an yang diharapkan mampu meningkatkan pencapaian ketahanan pangan Indonesia. Namun, dalam perkembangannya budi daya udang kerap mengalami berbagai kasus kematian. Kasus kematian dapat terjadi akibat adanya interaksi dari agen penyebab penyakit, lingkungan dan inang.
Lingkungan menjadi stressor bagi udang, karena pada saat keadaan lingkungan kurang baik seperti adanya fluktuasi kualitas air secara ekstrim. Faktor tersebut mampu menyebabkan udang stress dan meningkatkan risiko terserang penyakit lebih tinggi hingga berakibat pada kematian atau penurunan sintasan (tingkat kelangsungan hidup) udang.
Selain faktor eksternal, faktanya sistem imunitas udang masih sangat primitif. Dalam artian bahwa udang tidak memiliki sel memori yang mampu membentuk sistem kekebalan tubuh dalam melawan penyakit, tidak seperti hewan vertebrata lainnya yang sudah mempunyai antibody spesifik dan komplemen. Udang hanya mengandalkan sistem kekebalan pada sistem imunitas alamiah dengan komponen utama atas respon selular dan humoral yang bersifat non-spesifik
Selama ini perlakuan terhadap infeksi penyakit pada udang masih berupaya pada pengobatan dan pemulihan pasca positif terinfeksi, sedangkan upaya pencegahan yang cukup efektif untuk meningkatkan imunitas udang masih belum menjadi fokus utama. Dalam praktiknya, peningkatan pertahanan sistem imunitas tubuh terhadap penyakit tidak melulu persoalan pada pemberian pakan dengan komposisis nutrien yang seimbang melainkan juga dengan pemberian imunostimulan pada pakan.
Peningkatan imunitas udang dengan imunostimulan
Imunostimulan dapat berupa bakteri dan produk bakteri, ekstrak hewan, ekstrak tumbuhan, yeast atau obat-obatan sintetik. Produk imunostimulan tersebut dapat berhubungan langsung dengan sel sistem imun untuk membuat imun tersebut lebih terangsang. Pemanfaatan imunostimulan menunjukan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan kelangsungan hidup udang dan mampu meningkatkan resistensi terhadap infeksi penyakit.
Bacillus polymyxa sebagai bakteri yang telah berhasil digunakan sebagai imunostimulan dengan menghasilkan zat polimiksin sebagai antibiotik (Shaheen et al., 2011). Selain itu, apabila diaplikasikan melalui air mampu meningkatkan sintasan rata-rata sebesar 72% dari pada tanpa perlakuan yang hanya 65% saja.
Paraqua Bacillus, sebagai probiotik powder yang berfungsi sebagai bahan bioremediasi. Dalam pengaplikasiannya, mampu meningkatkan kualitas air kolam budi daya dan kesehatan udang serta mampu membantu penguraian pakan dan meningkatkan imunostimulan
Prana luar
Pais, R. Khushiramani, R. &Karunasagar, I. 2008. Effect ofimmunostimulants on hemolymphhaemagglutinins of tiger shrimpPenaeus monodon. AquacultureResearch, 38: 1339-1345.
Shaheen, M. Li, J. Ross, A.C.Vederas, J.C. & Jensen, S.E. 2011.Paenibacillus polymyxa PKB1Produces Variants ofPolymyxin B-type Antibiotics. Chemistry &Biology, 18(12): 1640–1648