Sistem Nursery, Solusi AHPND?

by | Feb 9, 2021 | Budidaya Udang Vaname | 0 comments

Sistem nursery adalah solusi alternatif AHPND?

Budidaya udang vaname di Indonesia telah menjadi sektor bisnis yang potensial. Bagaimana tidak, pada tahun 2017 saja, nilai produksi budidaya udang di dunia mencapai 5,5 juta ton. Pada tahun yang sama, Indonesia menyumbang nilai produksi sebesar 0,5 juta ton. Namun seperti halnya budidaya lain yang kerap mendapati masalah berupa serangan penyakit. Budidaya udang vaname juga tengah menghadapi tren penyakit seperti Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND) dan White Feces Disease (WFD).

Tidak hanya di Indonesia saja, petambak udang di dunia, seperti negara-negara tetangga Asia Tenggara juga sedang bersama-sama menghadapi tren penyakit ini. Meskipun ancaman penyakit AHPND ini sudah lama terdengar dari 2009 yang mulanya berasal dari Cina, namun AHPND masih menjadi momok yang menakutkan bagi petambak budidaya udang vaname.

Bakteri Vibrio parahaemolyticus yang menyerang di hepatopankreas udang dapat menyebabkan Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND). Lebih berbahayanya lagi bahwa Vibrio ini bisa menularkan toxic gen ke Vibrio lainnya, sehingga bisa menyerang udang. Di Indonesia, sebagian petambak ada yang menerapkan sistem nursery atau akrab disebut dengan pendederan yang dapat menjadi langkah preventif dalam menghadapi penyakit AHPND.

Sistem Nursery

Sistem nursery pada dasarnya bertujuan untuk menghindari dan mengendalikan penyakit atau resiko yang menyerang udang pada tahap awal. Pengendalian ini menyiapkan udang yang sehat, adaptif dan siap tebar ke kolam pembesaran. Kolam pendederan tentu tidak memakan banyak lahan, sehingga pengendalian panyakit dan monitoring kualitas air menjadi lebih cepat dan mudah. Biasanya kolam pendederan menggunakan wadah seperti kolam lingkar, bak beton atau dan happa yang memiliki luas dan volume yang menyesuaikan dengan jumlah benur.

Selain pengendalian penyakit pada tahap awal, sistem nursery dapat menghemat pemakaian bahan pendukung seperti disinfektan, probiotik dan bahan lainnya. Tingkat kelangsungan hidup yang didapat akan lebih tinggi, jika dikelola dengan baik dan benar Lama pemeliharan udang di kolam pendederan memakan waktu 20-25 hari sebelum ditransfer ke kolam pembesaran.

Bagi negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam yang berhasil menerapkan sistem ini, memang tidak baru lagi di dunia budidaya udang. Di Indonesia, popularitas sistem nursery ini meningkat pasca mewabahnya penyakit AHPND di dalam negeri. Solusi alternatif secara preventif untuk menanggulangi serangan penyakit AHPND bisa menggunakan sistem nursery. Perlu menerapkan SOP kolam dan melakukan proses transfer udang ke kolam pembesaran yang baik.


Sumber referensi: mongabay.co.id , trobosaqua.com