Pemerintah melalui Kementian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya dalam mengembangkan dan meningkatkan ketahanan pangan dalam sektor perikanan. KKP menargetkan kenaikan terhadap produksi mencapai 2 juta ton udang pada tahun 2024. Udang vaname sebagai salah satu komoditas introduksi di Indonesia yang dalam tahun terakhir ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Kenaikan ini dengan harapan mampu menggantikan pasokan udang windu yang saat ini mengalami penurunan produksi.
Persoalan yang kerap menghantui para petambak ialah tingginya risiko kematian pada budi daya udang, dengan adanya serangan penyakit. Secara alami, laju infeksi penyakit yang berasal dari virus, terjadi karena sanitasi lingkungan dan pengelolaan kualitas air yang kurang tepat.
Sistem bioflok pada budi daya udang
Terkini, dalam upaya peningkatan produksi udang tidak menyasar pada kebijakan perluasan area, melainkan pemanfaatan lahan yang ada dengan penggunaan teknologi yang tepat (pantjara, 2008). Salah satu teknologi dalam meningkatkan efisiensi ialah budi daya bioflok. Budi daya udang vaname dengan sistem bioflok di Indonesia sendiri, telah berkembang di beberapa daerah pada tahun terakhir ini.
Teknologi bioflok sebagai teknologi budi daya dengan memanfaatkan bahan limbah sisa pakan menjadi pakan bagi mikroba sehingga bahan dari limbah organik tersebut terdegradasi dan mikroba dapat berkembang. dari hasil perombakan tersebut akan terbentuk floks dan dapat menjadi sumber protein baik bagi udang.
Dalam penerapannya, sistem bioflok telah memberikan keuntungan mampu meningkatkan produktivitas, menyediakan pakan tambahan berprotein untuk hewan budi daya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan, selain itu bioflok juga efektif mempertahankan kualitas air dalam menurunkan limbah nitrogen anorganik dari sisa pakan dan kotoran.
Mengapa bioflok?
Teknologi bioflok kini menjadi alternatif budi daya akibat terbatasnya lahan dan air di masa mendatang. Sistem ini memungkinkan penggunaan padat tebar tinggi dalam lahan terbatas tanpa harus melakukan pergantian air.
Dalam pengaplikasian teknologi bioflok ini memberikan kemudahan dalam manajemen kualitas lingkungan akuakultur. Dimana sistem bioflok bertujuan untuk meminimalisir pergantian air karena mampu mereduksi bahan pencemar air dan biosekuritas yang dapat menjamin keberlanjutan akuakultur intensif melalui manajemen pemberian pakan. Pemanfaatan bioflok selain mengefisiensi aktivitas budi daya, namun juga mampu menekan risiko serangan penyakit seperti WSSV, Mio, Vibrio.sp., dan lainnya.
Sumber:
Pantjara, B, 2008. Efektivitas sumber C terhadap dekomposisi bahan organik limbah tambak udang intensif. Prosiding Seminar Nasional IV Universitas Hangtuah, Surabaya,
Avnimelech, Y, 2009, Biofloc Technology, A Practical Guide Book. World Aquaculture Society, 182 pp.
bppbapmaros.kkp.go.id
www.antaranews.com
tabloidsinartani.com