Mineral, Kunci Utama Moulting

by | Nov 5, 2024 | Peternakan | 0 comments

Secara geografis negara Indonesia merupakan negara maritim dengan dua per tiga luas lautan lebih besar dibandingkan daratan. Kondisi geografis ini lah yang membuat negara Indonesia kaya hasil lautnya dan membuat udang sebagai primadona ekspor. Udang merupakan salah satu komoditas perikanan Indonesia yang diminati oleh dunia. Budidaya udang adalah industri akuakultur terkait perawatan udang mulai dari menetas hingga siap untuk dikonsumsi manusia. Udang yang dibudidayakan dapat berupa udang air tawar maupun air asin, dan tempat budidaya tergantung dari kondisi hidup udang yang bersangkutan.

Budidaya udang memerlukan pengelolaan kualitas air yang baik untuk mencapai hasil produksi yang maksimal. Kualitas air ini meliputi pengaturan semua parameter kualitas air untuk pertumbuhan udang yang optimal dan gagal panen. Kualitas air dan kandungan mineral yang ada dalam air, sangat mempengaruhi proses (pergantian kulit) pada udang.

Moulting merupakan proses pergantian kulit yang biasa dilakukan oleh udang. Udang mengalami mengaum saat mereka tumbuh. Ini karena udang pada dasarnya hidup di dalam cangkang. Untuk mengakomodasi hal ini, cangkang lama terlepas dengan sendirinya, dan setelah pergantian kulit selesai, digantikan oleh cangkang baru. Umumnya, udang berganti kulit setiap tiga hingga delapan minggu. prosesnya juga tidak lama. Mereka dapat menumbuhkan cangkang baru hingga mengeras setelah beberapa jam.

Kemungkinan kondisi saat moulting udang

Namun, tidak menutup kemungkinan saat proses moulting ini terjadi hambatan. Hambatan yang terjadi biasanya berupa tidak seimbangnya kadar kalsium dalam air tersebut. Tidak seimbangnya kadar kalsium dapat berupa kurang atau berlebihan zat mineral yang terkandung. Proses moulting pada udang ini berkaitan erat dengan pertumbuhan udang itu sendiri. Cangkang yang terbentuk menggantikan cangkang lama dengan zat kalsium yang ada. Kasus yang terjadi jika kurangnya mineral dalam air yaitu udang menjadi stress. Selanjutnya cangkang baru pada udang akan lembek dan tidak dapat mengeras akibat kekurangan mineral. Untuk mensiasati kejadian tersebut maka perlu dilakukan pengecekan zat mineral yang terkandung dalam air. Selain itu juga dapat dilakukan dengan penambahan mineral yang dibutuhkan oleh udang guna proses moulting.

Penelitian yang dilakukan oleh Zufadillah. dkk (2018) mengatakan bahwa praktik budidaya udang salinitas rendah memiliki kendala yang dihadapi yaitu rendahnya kadar mineral pada air. Ini menyebabkan menjadi terhambatnya proses pergantian kulit dan pertumbuhan udang. Oleh sebab itu, upaya yang dilakukan dengan penambahan mineral kalsium dalam media kultur salinitas rendah.

Mineral Membantu Proses Moulting

Mineral sebagai bahan anorganik yang penting dalam proses moulting dan pertumbuhan udang vaname. Peran mineral bagi budidaya udang sangat vital.

Kandungan mineral yang penting bagi udang adalah zinc (zn), membantu fungsi imun udang dengan memiliki peran dalam produksi protein yang terkait dengan produksi hemacyte, aktivitas fagositosis, dan pertumbuhan. Kandungan Kalium (K) yang bekerja membantu pembentukan karapas, untuk meminimalisir munculnya sifat kanibalisme pada udang. Kemudian tak kalah penting, kandungan Magnesium (Mg) yang berperan pada proses metabolik, diantaranya aktivasi enzim, sintesis protein, dan produksi energi.

IMPROVIUM (I-U2) merupakan mineral penting yang diperlukan dalam proses pergantian kulit (moulting) udang dan peningkatan biomassa plankton diatom karena membentuk dasar dari jaring makanan air. Dalam 1 kg IMPROVIUM 2 mengandung CaCO3, KCL, Na2CO3, NaHCO3, Zeolit.