Udang vaname (Litopenaeus vannamei) kini menjadi salah satu komoditas perikanan yang paling diminati dan dianggap sebagai primadona dalam industri akuakultur. Namun, dalam perkembangannya, budidaya udang rentan mengalami kendala munculnya penyakit, baik penyakit viral, fungal maupun bakterial.
Vibrio sp, merupakan jenis bakteri gram negatif yang bersifat fakulatif anaerob penyebab bakterial yang menyerang udang dalam keadaan stress dan lemah. Bakteri ini berada dalam lingkungan perairan laut seeara alami dan merupakan jenis bakteri yang memiliki sifat oportunikstik.
Pengendalian penyakit bakterial pada udang dapat dilakukan dengan desinfeksi. Disinfektan sebagai proses menghilangkan sebagian besar atau semua mikroorganisme patogen kecuali spora bakteri yang terdapat di permukaan benda mati (non-biologis, seperti pakaian, lantai, dinding). Di dalam dunia perikanan, desinfeksi juga perlu dilakukan pada kolam atau tambak. Hal ini disebabkan karena mikroorganisme patogen seperti bakteri patogen yang ada di kolam berpotensi membahayakan kesehatan ikan dan udang. Proses tersebut dilakukan dengan bantuan bahan kimia yang disebut sebagai desinfektan.
Disinfektan perikanan adalah produk yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit ikan yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Bahan yang biasanya dimanfaatkan sebagai desinfektan perikanan yaitu iodine, glutaraldehide, formaldehide, maupun kaporit (Ca(ClO)2). Salah satu produk disinfektan perikanan saat ini adalah CYODINE milik CV. Pradipta Paramita, dengan kandungan Povidone Iodine. Povidone-iodine (PVP-I) merupakan desinfektan kimia yang banyak digunakan dalam budidaya perikanan, yang dapat mengurangi terjadinya penyakit dan meningkatkan kelangsungan hidup organisme akuatik (Chen, 2018).
Efektivitas Povidone Iodine sebagai Disinfektan
Povidone iodine terdiri atas polimer povidone, hidrogen iodida dan iodine elemental. Dalam kondisi medium yang cair, iodine elemental akan terlepas dari polimer iodine menjadi bentuk molekul iodine bebas. Molekul iodine bebas bersifat germisidal dan menyebabkan oksidasi dari struktur-struktur patogen yaitu asam amino, asam nukleat, dan komponen-komponen pada membran sel patogen. Molekul iodine dapat merusak membran sel dengan cara menimbulkan kebocoran pada dinding sel. Proses oksidasi struktur patogen ini berujung pada kematian dari patogen (Bigliardi et al., 2017).
Keunggulan dari povidone iodine adalah disinfektan ini mempunyai spektrum aktivitas antimikroba yang luas, dimana mencakup bakteri, beberapa virus, spora, jamur, protozoa dan kista amuba. Povidone iodine dapat membunuh bakteri Enterococcus faecium, Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae, Acinetobacter baumannii, Pseudomonas aeruginosa, dan Enterobacter sp. (Eggers, 2019).
Kecepatan efek bakterisidal dari povidone iodine lebih superior dibandingkan desinfektan lainnya. Dalam studi yang dilakukan oleh Lepelletier (2020), aksi povidone iodine terhadap MSSA dan MRSA berlangsung cepat, dengan aktivitas bakterisida biasanya terjadi dalam 15 hingga 60 detik. Beberapa studi invitro juga menunjukkan bahwa PVP-I 10% lebih aktif daripada klorheksidin terhadap MRSA dan bersifat bakterisida terhadap strain yang resistan terhadap klorheksidin. Sedangkan efek bakterisidal dari chlorhexidine 5% terjadi dalam 2-30 menit (Lepelletier et al., 2020).
Perbandingan Efektivitas Dengan Bahan Lain
Sedangkan bahan lain, sebagai contoh formaldehide, bereaksi dengan protein sehingga protein mengeras dan tidak dapat larut. Menurut Jannah dkk. (2014), formaldehid membunuh bakteri dengan membuat jaringan dalam bakteri dehidrasi (kekurangan air) sehingga sel bakteri akan kering dan membentuk lapisan baru di permukaan. Namun formaldehide ini bersifat toksik bagi manusia karena apabila terisap bisa menyebabkan iritasi kepala serta keluar air mata, dan pusing. Apabila terminum, maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah, dan diare. Pada hewan percobaan, bahan ini diperkirakan akan menyebabkan timbulnya kanker. Selain itu organ-organ tubuh hewan juga akan mengalami kerusakan.
Glutaraldehide mempunyai sifat disinfektan kuat, bersifat bakterisida, virusida, dan fungisida, serta bersifat non-korosif. Namun banyak penelitian yang mempertanyakan kemampuan mikobakterisidal dari glutaraldehid. Alkutar glutaraldehid dua persen memiliki aksi lambat (20 hingga> 30 menit) melawan M. tuberculosis dibanding desinfektan lain (Leksanawati, 2020).
Kaporit (Ca(ClO)2 merupakan senyawa kimia yang berfungsi sebagai desinfektan dan pemutih, yang umumnya digunakan untuk menjernihkan air kolam renang. sifat kaporit yang tidak stabil di dalam air sehingga kadarnya akan turun dengan cepat yang disebabkan oleh sinar matahari, lampu listrik atau pengocokan (Suryono, 2017).