Berita terpopuler pada kanal ekonomi Medcom.id pada Jumat, 26 Agustus 2022 mengulas mengenai komoditas telur ayam yang tengah menjadi sorotan. Fenomena ini, tak lain karena persoalan harga yang kian mengalami kenaikan hingga mencapai Rp. 30 ribu per kilogram (kg) di berbagai daerah. Misalnya saja, di Cianjur, Jawa Barat. Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi Industri Perdagangan (Diskoperindag) Cianjur, Agus Mulyana menyampaikan lonjakan harga telur mencapai Rp 35 ribuan setiap kilogram.
Lonjakan ini tidak hanya berdampak dan mendapat perhatian dari pedagang, umkm maupun bisnis pangan. Melainkan, Senayan pun turut angkat bicara, oleh Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Mufti Aham dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR RI dengan Menteri Perdagangan dan Menteri BUMN, Rabu lalu (24/08/2022) yang memvalidasi bahwa benar adanya harga telur saat ini memang jauh lebih tinggi dari harga normal.
Penyebab Kenaikan Versi Kemendag
Direktur Jendral Perdagangan Dalam Negeri Syailendra mengatakan, faktor yang menyebabkan kenaikan harga telur karena kenaikan permintaan terhadap komoditak tersebut akibat adanya pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), yang mana peningkatan itu sangat signifikan yaitu 60 persen.
Akibatnya kenaikan permintaan tersebut menyebabkan tidak sedikit pedagang besar yang meningkatkan stok telur guna memenuhi permintaan masyarakat, selain untuk keperluan dalam mendukung program bansos.
Dugaan Presidium Pinsar Petelur Nasional (PPN) akan kenaikan harga telur
Yudianto Yosgiarso sebagai Ketua Presidium Pinsar Petelur Nasional (PPN) menduga kenaikan harga tersebut menjadi salah satu dampak dari program bantuan sosial oleh Kementerian Sosial.
“Memang, peran bansos ada, tapi tolong dicatat, jangan sampai bansos jadi kambing hitam. ini merupakan mitra.” ungkapnya kepada CNNIndonesia.com
Faktor lainnya, ia menduga karena harga pakan yang naik imbas perang Rusia-Ukraina. Selain itu, faktor cuaca juga turut mempengaruhi kenaikan harga tersebut. Karena, selama musim pancaroba beberapa waktu lalu banyak ayam yang sakit sehingga produksinya mengalamai penurunan.
Menteri Sosial Bantah dan Enggan Tak Mau Menjadi Penyebab Persoalan Ini
Sebelumnya Menteri Sosial Tri Rismaharini membantah adanya anggapan akan kenaikan harga telur yang terlatar belakangi oleh penyaluran bantuan sosial reguler dalam Program Bantuan Pangan Non Tunai atau Kartu Sembako
Risma menyampaikan bahwa Kementerian Sosial menyalurkan Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) senilai Rp. 200.000 per bulan per keluarga dalam bentuk uang tunai, bukan telur. Sehingga tudingan kenaikan harga telur yang semata-mata karena bantuan Kemensos tidak mendapat pembenaran dari pihaknya.
Menteri Perdagangan Buka Suara
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan meluruskan bahwa kenaikan harga telur memang karena peningkatan permintaan pasar akibat bantuan sosial dari Kementerian Sosial.
Zulkifli Hasan menyebutkan, bantuan oleh Kementerian Sosial dalam bentuk uang yang dapat di belanjakan dengan tenggat waktu hanya 5 hari, bukan serta merta bantuan berupa telur.
“Sebelum bertemu Presiden, saya rapat dengan pengusaha telur seluruh Indonesia apa masalahnya. Memang bukan Ibu Risma (Menteri Sosial), tapi Ibu Risma memberikan bantuan ke daerah itu. Dari daerah itu dibelanjakan dalam bentuk sembako. Hanya waktu 5 hari, salah satu isinya telur” ujarnya usai Rapat Terbatas di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (25/8/2022)
Akibatnya, permintaan telur meningkat pada tenggat waktu tersebut sementara suplai yang ada kurang mampu memenuhi karena banyak peternak melakukan afkir dini atau pemotongan terhadap ayam petelur.