Seolah menjadi kegembiraan bagi kaum pecinta olahan ayam, dengan melihat harga ayam yang kian merosot hingga hari ini, Sabtu (01/10/2022). Namun, di balik harga yang murah meriah, terdapat nasib para peternak lokal yang terancam.
Peternak rakyat yang tergabung dalam Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) menyebut bahwa saat ini terjadi kelebihan pasokan (oversupply). Akibatnya harga ayam hidup (livebird) mencapai titik terendah, yakni Rp. 7.000/kg. Pasalnya, harga pokok produksi (HPP) yang dikeluarkan oleh peternak mencapai Rp. 18.500/kg. Dalam artian, bahwa terdapat kerugian yang cukup dalam, sehingga berdampak pada kelangsungan budi daya oleh para peternak. Harga tersebut dangat rendah di bawah harga keekonomian yang seyogianya berkisar antara Rp. 21.000/kg – Rp. 23.000/kg
Awal bulan, peternak yang tergabung dalam Komunitas Peternak Unggas Nasional (KPUN), berunjuk rasa mendesak untuk pemerintah segera menyusun Peraturan Pemerintah (PP) Perlindungan Peternak. Unjuk rasa pada Kawasan Istana Negara, Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan Kantor Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Rabu (7/9/2022).
Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar), Singgih Januratmoko mengharapkan dengan adanya fenomena ini, pemerintah segera mengambil kebijakan eksplisit dalam mengatasi harga ayam hidup yang kian merosot sejak Agustus 2022. Pinsar meminta Pemerintah untuk tanggap dalam menyeimbangkan supply demand Day Old Chick (DOC).
Diimbuhkan, apabila keadaan kelebihan pasokan ini masih berlangsung maka peternak mengharapkan untuk pemerintah wajib melalukan pemerataan dengan distribusi ayam ke daerah yang kekurangan pasokan.